Apa yang dituju dengan mengerjakan syari'at? Apakah ibadah itu hanya semata-mata sebuah ibadah? Siapa yang disembah? Siapa yang dituju? Adalah Ke-ridloan Allah Ta'ala. Tuhan yang kita cintai, maka diantara makhluk dengan Sang Khalik itu adalah sebuah perjalanan hidup yang harus kita tempuh. Inilah yang dikatakan thariqat (jalan) dan usaha (ikhtiar) kita dalam menempuh jalan tersebut dinamakan suluk.
Jadi syari'at yang kita kerjakan itu haruslah diatas jalan tertentu. Sehingga tidak tekecoh dan tersesat dari tujuan yang akan ditempuh, yaitu Tuhan. Di dalam tingkatan thariqah (thariqat) ini kita sudah mulai memasuki ilmu batin dan keluar dari ilmu lahir (syari'at). Keluar disini bukan berarti kita sudah tidak lagi memerlukannya. Ssyari'at tetap menjadi dasar dan garis besar kita dalam berperilaku hanya saja ketika kita sudah memasuki tingkatan thariqat kita akan lebih banyak menggunakan hati (rasa, perasaan).
Ada beberapa istilah yang dipakai dalam kalangan kaum shufi juga ada di dalam tingkatan thariqat, seperti contohnya:
- Ikhlas, yaitu suci murni. Ibarat emas yang tulen tidak tercampur oleh logam lain dan tidak pula tercampur oleh sanduran atau seperti emas lancung.
- Muraqabah, yaitu senantiasa mengintip dan mengintai dari jarak yang dekat apa saja yang harus dilakukan untuk menuju kepada Tuhan.
- Muhasabah, yaitu memperhitungkan keadaan diri sendiri, agar terdengar pantas untuk menjadi seorang murid (penuntut). Mulai dihitung apa saja kesalahan, apa saja kelalaian, serta apa saja kekurangan dalam diri kita. Sehingga dengan demikian bertambah naik lah tingkatan diri seseorang dari satu tingkatan ke tingkat yang lain yang lebih tinggi lagi. Perjalanan menuju ke satu tingkatan ke tingkat yang lain tersebut dinamakan Maqamat.
- Tajarrud, yaitu melepaskan segala ikatan apa saja yang bisa merintangi atau menghalangi diri kita ketika menempuh jalan tersebut. Seperti contohnya kemegahan duniawi, keinginan hawa nafsu akan pangkat atau kedudukan,. Menurut fatwa dari sebagian ulama: "Cintailah yang memberi nikmat, dan janganlah mencintai nikmat yang diberikan". Ada lagi, "Letakkanlah hatimu di tempat persinggahan".
- 'Isyq, yaitu kerinduan. Makhluk disebut sebagai 'Aisyq, sedangkan Sang Khaliq disebut Ma'syuq. Sebagaimana fatwa dari seorang Guru yaitu De. H. Abdul Karim Amrullah: "Rinduilah Tuhan, melebihi kerinduanmu terhadap segala yang kau kasihi (kekasih). Sebab mereka akan kita tinggalkan dan mereka juga akan meninggalkan kita. Tetapi jika Tuhan itu sebagai kekasihmu, DIA-lah yang akan kita tuju dan tidak akan pernah meninggalkan kita".
- Hubb, yaitu cinta. Hanya cinta dan rindu dendam lah yang akan mendorong manusia untuk melangkah dan cinta juga sesuatu yang menarik, laksana tarikan sebuah besi-berani yang mendekatkan antara yang "Asyq" (Asyik) dan Ma'syuq-nya.
Nama Tuhan itu adalah Rahman dan Rahim (Welas dan Asih), maka jelas sudah perpaduan antara cinta dengan seluruh alam. Langit merindukan Bumi, matahari merindukan bulan, lautan merindukan daratan, serta pertalian dari seluruh planet dengan bintang-bintang, adalah pertalian cinta dan rindu dendam yang begitu dalam.
Dari thariqat akan menuju ke alam Hakikat, setelah hakikat baru lah manusia itu akan sampai pada tingkat ma'rifat. Di tingkat ini, sudah tidak ada lagi batasan dan hijab (penutup) antara manusia dengan Tuhan. Keduanya sudah terjalin ikatan cinta yang begitu dalam hingga apapun yang ada di dunia tidak akan mampu mengecoh dan memisahkan jarak antara keduanya.
Sumber Gambar: enterthesunnah.com |
Ada beberapa istilah yang dipakai dalam kalangan kaum shufi juga ada di dalam tingkatan thariqat, seperti contohnya:
- Ikhlas, yaitu suci murni. Ibarat emas yang tulen tidak tercampur oleh logam lain dan tidak pula tercampur oleh sanduran atau seperti emas lancung.
- Muraqabah, yaitu senantiasa mengintip dan mengintai dari jarak yang dekat apa saja yang harus dilakukan untuk menuju kepada Tuhan.
- Muhasabah, yaitu memperhitungkan keadaan diri sendiri, agar terdengar pantas untuk menjadi seorang murid (penuntut). Mulai dihitung apa saja kesalahan, apa saja kelalaian, serta apa saja kekurangan dalam diri kita. Sehingga dengan demikian bertambah naik lah tingkatan diri seseorang dari satu tingkatan ke tingkat yang lain yang lebih tinggi lagi. Perjalanan menuju ke satu tingkatan ke tingkat yang lain tersebut dinamakan Maqamat.
- Tajarrud, yaitu melepaskan segala ikatan apa saja yang bisa merintangi atau menghalangi diri kita ketika menempuh jalan tersebut. Seperti contohnya kemegahan duniawi, keinginan hawa nafsu akan pangkat atau kedudukan,. Menurut fatwa dari sebagian ulama: "Cintailah yang memberi nikmat, dan janganlah mencintai nikmat yang diberikan". Ada lagi, "Letakkanlah hatimu di tempat persinggahan".
- 'Isyq, yaitu kerinduan. Makhluk disebut sebagai 'Aisyq, sedangkan Sang Khaliq disebut Ma'syuq. Sebagaimana fatwa dari seorang Guru yaitu De. H. Abdul Karim Amrullah: "Rinduilah Tuhan, melebihi kerinduanmu terhadap segala yang kau kasihi (kekasih). Sebab mereka akan kita tinggalkan dan mereka juga akan meninggalkan kita. Tetapi jika Tuhan itu sebagai kekasihmu, DIA-lah yang akan kita tuju dan tidak akan pernah meninggalkan kita".
- Hubb, yaitu cinta. Hanya cinta dan rindu dendam lah yang akan mendorong manusia untuk melangkah dan cinta juga sesuatu yang menarik, laksana tarikan sebuah besi-berani yang mendekatkan antara yang "Asyq" (Asyik) dan Ma'syuq-nya.
Nama Tuhan itu adalah Rahman dan Rahim (Welas dan Asih), maka jelas sudah perpaduan antara cinta dengan seluruh alam. Langit merindukan Bumi, matahari merindukan bulan, lautan merindukan daratan, serta pertalian dari seluruh planet dengan bintang-bintang, adalah pertalian cinta dan rindu dendam yang begitu dalam.
Dari thariqat akan menuju ke alam Hakikat, setelah hakikat baru lah manusia itu akan sampai pada tingkat ma'rifat. Di tingkat ini, sudah tidak ada lagi batasan dan hijab (penutup) antara manusia dengan Tuhan. Keduanya sudah terjalin ikatan cinta yang begitu dalam hingga apapun yang ada di dunia tidak akan mampu mengecoh dan memisahkan jarak antara keduanya.
0 komentar:
Post a Comment