Ketika pembawa acara wisuda menyebut nama Susi Sianturi, tepuk tangan audiens tak henti-hentinya bergemuruh memnuhi seluruh ruang wisuda. Ya, ketika itu ia baru saja menyelesaikan Studi S2-nya di salah satu universitas yang bernama IPB. Yang membuat wanita ini menjadi pusat perhatian adalah ia juga menyabet predikat Cum Laude (Gelar kehormatan). Cum Laude diambil dari bahasa Latin yang berarti "Dengan Kehormatan", Cum Laude sendiri terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu Cum Laude (Dengan kehormatan), Magna Cum Laude (Dengan kehormatan besar), dan Summa Cum Laude (Dengan kehormatan tertinggi).
(foto:tribunnews.com) |
Predikat tersebut didapatkan Susi lantaran selama dia menjalan dan menyelsaikan kuliah S2-nya, ia berjuang keras untuk terus dapat melanjutkkannya dengan cara jualan gorengan. Hal itu dilakukan Susi sebab orang tuanya hanya bisa mengirim uang bulanan yang terbilang sangat sedikit untuk seorang mahasiswa S2 dengan segala keperluan yang banyak dan harus terpenuhi, hanya Rp 300.000.
Bayangkan saja, cukupkah uang 300ribu memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari? Terlebih lagi, Susi sedang dalam masa kuliah S2 dengan tugas-tugas yang menumpuk. Sungguh sebuah perjalanan yang tidak mudah apalagi untuk seorang wanita. Perjalanan berat Susi dimulai ketika ia menjalani studi S1 dengan kondisi ekonomi keluarganya yang bisa dibilang kurang mampu.
Wanita tangguh tersebut memulai berjualan gorengan ketika waktu menginjak shubuh di sekitar tempat kosnya, hal itu ia lakukan setiap hari selama semester I dan II. Hasilnya lumayan, ia bisa mendapatkan keuntungan Rp30.000 per-harinya. Uang tersebut ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk kepentingan kuliahnya seperti membeli buku, foto copy, dan lain-lain. Dirasa masih kurang cukup, menginjak semester III yang mana tugas-tugas kuliah juga semakin banyak, ia memutuskan untuk berjualan perabotan yang sekiranya diperlukan mahasiswa. Tanpa sungkan, ia juga mengajak rekan-rekannya untuk mendirikan stan guna berjualan perabotan tersebut, untungnya ada beberapa temannya yang ikut berbisnis kecil-kecilan tersebut.
Ketika masuk semester IV, ia mencoba alternatif lain dengan bekerja sebagai guru les tingkat SD dan SMP. Pekerjaannya kali ini ternyata jauh lebih mendapatkan hasil, ia stiap bulan mendapatkan bayaran sektiar Rp 900.000. Memang sangat mencukupi, akan tetapi juga sangat melelahkan dan perlu perjuangan ekstra.
Menginjak semester VI, Susi mencoba untuk mendapatkan beasiswa tidak mampu. Dan beruntung, ia mendapatkannya hingga semester akhir dan Susi pun berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana peternakan dengan nilai IP 3.32. Setelah itu ia bekerja di sebuah perusahaan peternakan besar di tempat kelahirannya sebagai Marketing Obat Ternak. Tiga tahun sudah ia menajalani pekerjaannya dan Susi pun memutuskan untuk berhenti dan ingin melanjutkan pendidikanbnya ke jenjang yang lebih tinggi, S2 sebab ketika itu ia mendapatkan beasiswa dari Dikti (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi). Susi tak ingin melewatkan kesempatan tersebut.
Setelah dua tahun menjalani pendidikan akhirnya ia lulus dengan predikat Cum Laude dan dengan nilai IPK yang cukup tinggi, 3.91. Sekarang ia hanya tinggal menunggu pengumuman serta memilih penempatan kerja, sebagai Dosen atau sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Selamat untuk Ibu Susi Sianturi!
1 komentar:
Semoga kisah ini menjadi pendorong semangat kita ya,,
harusnya kita bisa lebih bersyukur lg
Post a Comment