Menoreh Tinta - Ada satu hadits Nabi yang selama ini mendorong Kami untuk membela Ahok --yang tidak menistakan al-Quran itu-- dan membela orang-orang non-Muslim yang merasa terganggu. Anda renungkan hadits ini baik-baik. Hadits ini menunjukan bahwa ajaran Nabi Muhammad Saw lebih indah dari yang kita sangkakan.
Islam modern - gambar:tribunnews.com |
Nabi Muhammad Saw bersabda: "Barang siapa menyakiti seorang dzimmi (warga negara non-Muslim), maka dia telah menyakitiku." (man adza dzimmiyyan faqad adzani". Riwayat lain menyebutkan: "Barang siapa menyakiti seorang dzimmi, maka aku adalah musuhnya." (man adza dzimmiyyan fa ana khasmuh).
Baca juga: Propaganda Yang Merusak Agama
Artinya, kalau Kami--sebagai seorang Muslim dan pengikut Nabi Muhammad--berani menyakiti seorang Ahok, maka boleh jadi Kami kena ancaman dua hadits tersebut. Lihat. Betapa kerasnya ancaman Islam bagi yang menyakiti seorang non-Muslim.
Bayangkan. Betapa tingginya rasa kemanusiaan Nabi Muhammad Saw yang selama ini kita agung-agungkan. Kalau ada satu orang di antara umat yang dicintainya itu berani menyakiti orang non-Muslim yang beda Agama, maka dia menyatakan permusuhan kepada orang tersebut sekalipun orang tersebut adalah orang yang dicintainya. (Baca juga: Kemarahan Pada Ahok)
Sampai detik ini Kami--yang bukan siapa-siapa Ahok dan tak pernah disuruh apalagi dibayar Ahok--tak rela menyebut Ahok sebagai "penista al-Quran" apalagi musuh Islam. Setiap kali menulis kata mengina, menista, atau penista Kami selalu membubuhkan tanda petik dalam tulisan Kami. Kalau menyebut "penista" saja Kami tak tega, apalagi mempersamakan Ahok dengan Firaun dan Raja Namrud, seperti yang dilakukan oleh salah seorang ustaz terkenal. Itu sama sekali tidak adil.
Kami hanya takut menyakiti hati Ahok jika Kami menyebut dia sebagai penista dan musuh Islam. Dan kalau Kami menyakiti Ahok, Kami hanya takut menjadi musuh Nabi Muhammad Saw kelak di hari kiamat. Dia sudah menyatakan bahwa dia tidak anti-Islam juga tidak bermaksud menistakan al-Quran. Tapi umat Islam dengan mudahnya menyebut dia sebagai "penista" dan musuh Islam yang harus dipenjarakan. (Baca juga: Meluruskan Arti Amar Ma'ruf Nahi Munkar)
Kami selalu bilang kalau orang menista dengan penista itu beda. Kalau Anda melacur satu kali, dan Anda melacur karena terpaksa, misalnya, apa rela Anda disebut sebagai pelacur? Kalau anda hanya mabuk satu-dua kali, apa mau Anda disebut sebagai pemabuk? Kalau Anda merokok satu-dua kali, apa pantas Anda disebut sebagai perokok?
Ahok sudah membangun masjid-masjid untuk saudara-saudara Muslim Kami di Jakarta. Dia sudah mengabdikan diri kepada warga DKI Jakarta sesuai dengan kamampuannya. Bahwa dia melakukan kesalahan, tolaklah kesalahannya, tapi jangan benci orangnya. Karena itulah yang diajarkan oleh Islam. Apakah Anda masih tega menyebut orang yang sudah membangun tempat ibadah dan menyantuni saudara-saudara Anda sebagai penista al-Quran dan musuh Islam? (Baca juga: Pola pikir Muslim Akhir Zaman)
Sampai kapanpun Kami tak akan pernah tega menyebut Ahok sebagai penista dan musuh Islam, kecuali jika dia memang terang-terangan memusuhi umat Islam seperti Abu Jahal dan Abu Lahab yang menabuh genderang perang. Kami tidak ingin menjadi musuh Nabi Muhammad Saw hanya karena menyakiti seorang Ahok. Dan Kami ingin mengingatkan saudara-saudara Kami untuk lebih hati-hati dalam menilai Ahok. Kami cinta kepada Nabi Muhammad Saw, sebagaimana Kami cinta kepada Isa Almasih Alihissalam.
Sumber: https://www.facebook.com/ibnu.shihab.3/posts/1184129641682030
Artinya, kalau Kami--sebagai seorang Muslim dan pengikut Nabi Muhammad--berani menyakiti seorang Ahok, maka boleh jadi Kami kena ancaman dua hadits tersebut. Lihat. Betapa kerasnya ancaman Islam bagi yang menyakiti seorang non-Muslim.
Bayangkan. Betapa tingginya rasa kemanusiaan Nabi Muhammad Saw yang selama ini kita agung-agungkan. Kalau ada satu orang di antara umat yang dicintainya itu berani menyakiti orang non-Muslim yang beda Agama, maka dia menyatakan permusuhan kepada orang tersebut sekalipun orang tersebut adalah orang yang dicintainya. (Baca juga: Kemarahan Pada Ahok)
Sampai detik ini Kami--yang bukan siapa-siapa Ahok dan tak pernah disuruh apalagi dibayar Ahok--tak rela menyebut Ahok sebagai "penista al-Quran" apalagi musuh Islam. Setiap kali menulis kata mengina, menista, atau penista Kami selalu membubuhkan tanda petik dalam tulisan Kami. Kalau menyebut "penista" saja Kami tak tega, apalagi mempersamakan Ahok dengan Firaun dan Raja Namrud, seperti yang dilakukan oleh salah seorang ustaz terkenal. Itu sama sekali tidak adil.
Kami hanya takut menyakiti hati Ahok jika Kami menyebut dia sebagai penista dan musuh Islam. Dan kalau Kami menyakiti Ahok, Kami hanya takut menjadi musuh Nabi Muhammad Saw kelak di hari kiamat. Dia sudah menyatakan bahwa dia tidak anti-Islam juga tidak bermaksud menistakan al-Quran. Tapi umat Islam dengan mudahnya menyebut dia sebagai "penista" dan musuh Islam yang harus dipenjarakan. (Baca juga: Meluruskan Arti Amar Ma'ruf Nahi Munkar)
Kami selalu bilang kalau orang menista dengan penista itu beda. Kalau Anda melacur satu kali, dan Anda melacur karena terpaksa, misalnya, apa rela Anda disebut sebagai pelacur? Kalau anda hanya mabuk satu-dua kali, apa mau Anda disebut sebagai pemabuk? Kalau Anda merokok satu-dua kali, apa pantas Anda disebut sebagai perokok?
Ahok sudah membangun masjid-masjid untuk saudara-saudara Muslim Kami di Jakarta. Dia sudah mengabdikan diri kepada warga DKI Jakarta sesuai dengan kamampuannya. Bahwa dia melakukan kesalahan, tolaklah kesalahannya, tapi jangan benci orangnya. Karena itulah yang diajarkan oleh Islam. Apakah Anda masih tega menyebut orang yang sudah membangun tempat ibadah dan menyantuni saudara-saudara Anda sebagai penista al-Quran dan musuh Islam? (Baca juga: Pola pikir Muslim Akhir Zaman)
Sampai kapanpun Kami tak akan pernah tega menyebut Ahok sebagai penista dan musuh Islam, kecuali jika dia memang terang-terangan memusuhi umat Islam seperti Abu Jahal dan Abu Lahab yang menabuh genderang perang. Kami tidak ingin menjadi musuh Nabi Muhammad Saw hanya karena menyakiti seorang Ahok. Dan Kami ingin mengingatkan saudara-saudara Kami untuk lebih hati-hati dalam menilai Ahok. Kami cinta kepada Nabi Muhammad Saw, sebagaimana Kami cinta kepada Isa Almasih Alihissalam.
Sumber: https://www.facebook.com/ibnu.shihab.3/posts/1184129641682030
1 komentar:
Kurang Setuju Anda terlalu memosisikan bahwa ahok benar-benar bersih terlepas dari segala kebaikannya, Ahok juga manusia yang bisa salah dan benar. Dan ketika itu, dia sedang melakukan sebuah kesalahan.
Post a Comment