Menoreh Tinta - Dalam Islam dikenal konsep amar ma’ruf-nahi munkar (memerintahkan yang baik dan menolak yang munkar). Ini adalah tuntunan Al-Quran yang harus kita amini. Hanya saja, yang penting untuk dijadikan catatan, memerintahkan yang ma'ruf harus dengan cara yang ma’ruf. Sebagaimana menolak yang munkar juga tidak boleh menggunakan cara yang munkar.
Amar ma’ruf-nahi munkar - gambar: visimuslim.net |
Mengapa demikian? Karena memerintahkan yang ma'ruf dengan cara yang munkar tentu akan menimbulkan kemunkaran. Sebagaimana menolak yang munkar dengan cara yang tidak ma’ruf hanya akan menimbulkan kemunkaran baru yang terkadang lebih munkar. Betul bahwa keduanya harus berjalan secara beriringan. Hanya saja keduanya harus berada dalam koridor yang ma’ruf, bukan yang munkar. (Baca juga: Khasiat Ayat-ayat Al-Quran, Hizib dan Do'a)
Kalau kaidah semacam ini diindahkan, Kita yakin umat Islam tak akan menimbulkan kerusuhan. Masalahnya kadang sekarang itu kebalik. Makanya rusuh di mana-mana. Yang ma’ruf disampaikan dengan cara yang munkar, dan yang munkar kadang ditolak dengan cara yang tidak ma’ruf.
Yang ma’ruf kadang dibungkus dengan kemunkaran, dan kemunkaran kadang dibalut dengan kearifan. "Si ma'ruf" (penyeru kearifan) kadang tidak sadar kalau dia sedang menyampaikan kemunkaran, dan "si munkar" (penolak kemunkaran) juga kadang tidak sadar bahwa yang sedang dia lakukan bukanlah sebuah kearifan.
Lalu tugas kita apa? Tugas kita bukan hanya amar ma’ruf nahi munkar --dalam pemaknaan orang kebanyakan--. Tugas kita yang tak kalah penting dari itu ialah: meluruskan “si ma’ruf” agar menyampaikan yang ma’ruf dengan cara yang ma’ruf. Dan mengingatkan “si munkar” agar menolak kemunkaran dengan cara yang tidak munkar. Karena ini juga bagian dari amar ma'ruf nahi munkar.
Ketika memerintahkan yang ma'ruf Islam tak menghendaki kecuali terciptanya sebuah kearifan. Dan ketika menolak yang munkar Islam tak mengendaki kecuali terciptanya sebuah kedamaian. Kalau semua ini dipahami dan diaktualisasikan dengan baik, percayalah bahwa apa yang diinginkan “si ma’ruf” akan berbuah kearifan. Sebagaimana yang dikehendaki oleh “si munkar” juga pasti tak akan menimbulkan kemunkaran. (Baca juga : Metode belajar "meniru" dalam tinjauan agama Islam)
Andai umat Islam bersatu padu dalam mengamalkan tuntunan Al-Quran yang satu ini dengan lurus, niscaya negeri kita akan damai dan jauh dari kerusuhan seperti yang selama ini kita rasakan. Karena Islam pada dasarnya adalah Agama yang damai, bukan Agama yang suka mengganggu perdamaian. Islam adalah Agama yang tenang, bukan Agama yang suka mengganggu ketenangan.
Sumber: https://www.facebook.com/ibnu.shihab.3/posts/1188126887948972
0 komentar:
Post a Comment