Al Quran diturunkan kepada Nabi SAW secara berangsur-angsur (gradual), baik itu satu ayat, dua ayat atau bahkan satu surat dalam rentang waktu yang cukup lama, yaitu 23 tahun. Setiap kali AL Quran turun Rasulullah SAW langsung memanggil para sahabat untuk mencatat wahyu yang baru saja diterimanya. Sahabat Utsman Bin Affan mengatakan, "Tiap kali ada ayat yang turun, Nabi SAW langsung memanggil para pencatat wahyu dan berkata kepada mereka, -Letakkanlah ayat dalam surat di dalamnya disebut begini dan begitu-". Bahkan demi menjaga keontetikan dan kemurnian AL Quran, Nabi SAW melarang para sahabat tersebut menulis sesuatu selain AL Quran.
Foto:viveislam.islammessage.com |
Menurut Al Nawawi, larangan ini berlaku sebab dikhawatirkan tulisan yang bukan Al Quran tercampur menjadi satu dengan Al Quran, sehingga seseorang tidak bisa membedakan mana yang Al Quran dan mana yang bukan. Sedangkan jika tidak ada kekhawatiran tersebut maka diperbolehkan. Lebih tegas, Ibn Hajar Al-'Asqalani menandaskan bahwa larangan tersebut berlaku pada masa turunnya wajyu karena khawatir Al Quran berampur dengan yang lainnya.
Dalam satu keterangan, sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk sebagai pencatat wahyu terdiri dari 42 orang, di antara 42 orang yang menjadi pencatat wahyu tersebut yang paling masyhur adalah ke empat sahabat Nabi yang tidak lain adalah Abu Bakar Ash Shidiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Para pencatat wahyu tersebut menuliskan wahyu di atas pelepah kurma, batu putih yang tipis, kulit kayu atau dedaunan, kayu yang diletakkan di punggung unta, dan kulit hewan yang telah disamak.
Selain melalui tulisan, wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW juga dihafalkan oleh beliau sendiri dan kemudian di sampaikan kepada para sahabat dan para pencatat wahyu. Dalam satu riwayat juga diceritakan dari Ibnu 'Abbas bahwa Rasulullah SAW tergesa-gesa untuk segera menghafalkan wahyu yang diturunkan kepada beliau karena takut lupa dan ingin segera menghafalkannya. Malaikat Jibril As setiap bulan Ramadlan datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk bertadarus Al Quran dan Nabi Muhammad SAW "menyetorkan" hafalan Al Quran kepada Malaikat Jibril. Hal ini tentu sangat membantu Rasulullah SAW untuk menjaga hafalan Al Quran-nya, meskipun pada dasarnya Allah Ta'ala sudah menjamin akan menjaga hafalan Nabi Muhammad SAW.
Namun demikian, ada riwayat yang mengindikasikan bahwa Rasulullah SAW pernah lupa terhadap salah satu ayat. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah, ketika Nabi SAW mendengar sahabat yang sedang membaca Al Quran di Masjid kemudian beliau berkata: "Semoga Allah Ta'ala merahmatinya, sungguh ia telah mengingatkan aku atas ayat ini dan itu yang aku gugurkan".
Riwayat seperti ini memberikan pemahaman bahwa Rasulullah SAW pernah lupa beberapa bagian ayat Al Quran. Bukti pernah lalainya Nabi Muhammad SAW terhadap beberapa ayat Al Quran sam sekali tidak pernah bisa menggoyangkan keontetikan Al Quran. Hal ini dikarenakan beberapa alasan yang mendasar, antara lain: Pertama, Kelalaian Rasulullah SAW di beberapa bagian ayat Al Quran terjadi setelah beliau menyampaikannya pada sahabat dan para pencatat wahyu. Kedua, setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu beliau langsung memanggil para penulis wahyu untuk mencatatnya sehingga dipastikan tidak ada satu ayat pun yang tersia-siakan. Semuanya telah didengar oleh para sahabat dan tertulis di atas bahan-bahan tulis tradisional.
Setelah para sahabat menerima wahyu yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW mereka berlomba-lomba untuk menghafalkannya, bahkan satu sama lain saling bersaing mengenai berapa banyak wahyu Al Quran yang telah dihafalkan. Tidak hanya itu, pada saat itu mereka juga menjadikan Al Quran sebagai mahar atau mas kawin bagi istri-istri mereka dan sebaliknya, wanita ketika hendak dinikahi oleh sahabat meminta maharberupa Ta'lim (pengajaran) ayat-ayat Al Quran yang telah dihafalkannya.
Begitulah cerita perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu dan bagaimana beliau menghafalkannya. Dan dengan hadirnya para sahabat serta pencatat wahyu, kemurnian Al Quran kini tetap terjaga dengan baik meskipun banyak pendapat yang menyatakan bahwa susunan Al Quran yang sekarang tidak sama persis dengan susunan Al Quran ketika masa Rasulullah SAW. Hanya Allah Ta'ala yang Maha mengetahui.
0 komentar:
Post a Comment