Menoreh Tinta - Semenjak kenal dengan orang-orang Kristen, Kami jadi terdorong untuk membaca Alkitab. Malam ini Kami menemukan sabda Isa Almasih As yang berbunyi begini: “Kamu telah mendengar firman: Kasihinilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tapi Aku berkata kepadamu: Kasihinilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5: 43-44).
Kitab Injil Asli |
Sabda yang sangat indah. Sebagai seorang Muslim, saya pun mendapatkan ajaran seperti itu dari Nabi Muhammad Saw. Hadits-hadits yang senafas dengan sabda Almasih di atas jumlahnya cukup melimpah. Tak mengherankan. Karena Nabi Isa dan Nabi Muhammad berasal dari Tuhan yang sama. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, misalnya, Rasulullah Saw bersabda:
“Demi Dzat yang jiwKami berada di tangan-Nya, Allah Swt tak mengaruniakan rahmat-Nya kecuali kepada orang yang dipenuhi kasih sayang. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah kita semua ini penyayang? Rasulullah Saw menjawab: “Bukan hanya orang yang menyayangi dirinya saja, tapi orang yang menyayangi seluruh umat manusia.” (HR. Baihaqi)
Baca juga: Benarkah Filsafat Itu Membuat Orang Sesat?
Hadits lain, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menyebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw diminta oleh salah seorang sahabatnya untuk menyumpah-serapahi orang-orang Musyrik (mungkin karena sudah kelewat batas). Tapi ia tetap menolak seraya berkata: “inni lam ub’ats la’anan wa innama bu’itstu rahmatan.” (Kami tak diutus sebagai pelaknat, melainkan sebagai rahmat). (HR. Muslim)
Ustaz-ustaz ganteng akan segera berkomentar: “Oh engga, itu kan kalau yang dihina dirinya, kalau yang dihina Islamnya ya harus dibunuh. Atau kalau engga dipenjara.” Tak ada kata yang lebih pantas untuk menilai komentar seperti ini kecuali kata bodoh, kalau enggan berkata tolol. Komentar-komentar seperti inilah yang sejujurnya mempermalukan wajah Nabi kita di hadapan orang-orang non-Muslim. Baca juga: Islam Era Modern Jilid 5: Alasan Tidak Boleh Benci Ahok
Kalau Kami menjadi mereka, Kami akan merasa malu semalu-malunya. Lebih baik Kami bodoh dan mempermalukan diriku sendiri, ketimbang harus bodoh tapi mempermalukan baginda Nabi. Apa yang kelak akan Anda katakan di hadapan Nabi jika ternyata yang menghalangi orang lain untuk memercayai Nabi itu adalah diri Anda sendiri?
Hadits lain, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menyebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw diminta oleh salah seorang sahabatnya untuk menyumpah-serapahi orang-orang Musyrik (mungkin karena sudah kelewat batas). Tapi ia tetap menolak seraya berkata: “inni lam ub’ats la’anan wa innama bu’itstu rahmatan.” (Kami tak diutus sebagai pelaknat, melainkan sebagai rahmat). (HR. Muslim)
Ustaz-ustaz ganteng akan segera berkomentar: “Oh engga, itu kan kalau yang dihina dirinya, kalau yang dihina Islamnya ya harus dibunuh. Atau kalau engga dipenjara.” Tak ada kata yang lebih pantas untuk menilai komentar seperti ini kecuali kata bodoh, kalau enggan berkata tolol. Komentar-komentar seperti inilah yang sejujurnya mempermalukan wajah Nabi kita di hadapan orang-orang non-Muslim. Baca juga: Islam Era Modern Jilid 5: Alasan Tidak Boleh Benci Ahok
Kalau Kami menjadi mereka, Kami akan merasa malu semalu-malunya. Lebih baik Kami bodoh dan mempermalukan diriku sendiri, ketimbang harus bodoh tapi mempermalukan baginda Nabi. Apa yang kelak akan Anda katakan di hadapan Nabi jika ternyata yang menghalangi orang lain untuk memercayai Nabi itu adalah diri Anda sendiri?
1 komentar:
Halo,
Perkenalkan, Nama saya Wenny
Saya adalah development dari ForexMart, Kami melihat website anda dan kami ingin mendiskusikan kerjasama kemitraan dengan Anda.
Boleh saya minta kontaknya untuk menjelaskan lebih lanjut atau anda bisa langsung menghubungi saya ke wenny@forexmart.com, terimakasih
Post a Comment